He is Him (2)


Cast : Kim Young Ae, Kim Kibum, Choin Min Hwa, Kim Jonghyun, Lee Taemin
“Cukup! Aku tidak mau mendengarnya lagi!” Young Ae langsung berlari kearah toilet. Key segera mengejarnya. Young Ae terus berlari kearah toilet dan Key terus mengerjarnya. Young Ae terduduk di depan kios kosong dekat toilet dan Key terus mengejarnya.
“Jangan ikuti aku! Anggap kita tidak pernah bertemu!” tangis Young Ae semakin deras. Key mendatanginya perlahan.
“Kenapa? Kenapa kau masih disini?”
Key kemudian mendekap Young Ae. Young Ae yang masih menangis terkejut saat Key tiba-tiba mendekapnya. Young Ae mencoba memberontak tapi Key malah ngeratkan dekapannya. Young Ae akhirnya pasrah karena kelelahan menangis dan tidak punya banyak kekuatan untuk melepaskan dekapan Key yang kuat.
“Karena aku peduli.” kata Key lembut pada Young Ae. “Karena aku tahu apa yang kaurasakan dan tidak ingin kau berlarut-larut dalam kesedihan.” Key mulai melonggarkan dekapannya. Dia berusaha menenangkan Young Ae. Young Ae akhirnya membalas memeluk Key dan menangis sejadi-jadinya.
“Keluarkan saja semua, biarkan kesedihanmu ikut keluar bersama air matamu.” Kata Key lembut. Setelah beberapa saat, tangisan Young Ae yang deras mereda menjadi isakan-isakan. Young Ae mencoba melepaskan dekapan Key lagi dan kini Key sudah mulai mau melepaskannya.
“Sudah? Sudah kau keluarkan semua?” tanya Key.
“Sudah, gamsahamnida Key-oppa.” kata Young Ae ramah ditambah dengan sedikit senyuman.
“Aigo! Kau lebih manis saat kau tersenyum dari pada saat kau menangis.” Young Ae hanya tersenyum malu kepada Key.
“Ommo! Jonghyun-oppa pasti mencariku!” Young Ae tiba-tiba sadar bahwa ia sedang berada di taman hiburan bersama Jonghyun, Min Hwa dan Minho.
“Ayo kita kembali, mereka pasti menunggumu.” Key membantu Young Ae berdiri dari posisi duduknya. “Tapi...”
“Tapi apa?” ekspresi Young Ae yang sudah lebih ceria tiba-tiba murung lagi mendengar pernyataan Key.
“Tapi, kau harus terlihat lebih ceria dari sekarang. Agar mereka tidak berfikir yang aneh-aneh tentangku.”
“Ne, ne.” jawab Young Ae singkat dengan senyum yang menghias indah di wajahnya. Key membimbing Young Ae kembali lagi ke meja Young Ae tadi. Disana, Jonghyun, Min Hwa dan Minho terlihat panik.
“Semuanya, jeongmal mianhaeyo.” kata Young Ae pada mereka dengan senyum yang tersungging begitu lebarnya.
“Young Ae? Dari...” Jonghyun tidak meneruskan kalimatnya saat melihat Young Ae tersenyum untuk pertama kalinya dengan cerianya. Jonghyun langsung saja memeluk yeodongsaengnya yang dari kemarin hingga tadi terus murung.
“Dari mana saja kau ini? Tidak bawa hp lagi.” lanjut Jonghyun setelah melepaskan pelukannya.
“Mianhaeyo, oppa. Aku tadi berusaha menenangkan diri.” ungkap Young Ae dengan senyum yang tak kunjung hilang dari wajanhya. “Dan, Jonghyun-oppa, Min Hwa, Minho-oppa kenalkan ini, Key-oppa.”
“Annyong haseyo semua.” kata Key sambil terus menggengam tangan Young Ae sedari tadi.
“Dia membantuku menenangkan diri.” terang Young Ae.
“Oh, gamsahamnida telah membuat dongsaengku ceria lagi.” kata Jonghyun begitu ramah pada Key.
“Ne, cheonmaneyo.”
“Young Ae, kau pasti lapar. Ini, tadi aku memesankanmu burger.” kata Min Hwa. “Kau juga mau Key-oppa?”
“Anio, aku tidak lapar.”
Semuanya menunggu Young Ae makan sambil berbincang akrab. Meskipun Young Ae masih belum terlalu banyak bicara, tapi setidaknya ia tampak lebih ceria dari sebelumnya. Jonghyun tidak henti-hentinya berterima kasih kepada Key karena telah membuat dongsaengnya itu sedikit lebih ceria.
Hari sudah mulai petang, mereka memutuskan untuk pulang. Jonghyun memaksa Key untuk mengantarnya pulang.
“Key, rumahmu disebelah mana?” tanya Jonghyun setelah keluar dari tempat parkir taman hiburan.
“Dua blok sebelum rumahmu, emm...” Key bingung menentukan akan memanggil Jonghyun apa.
“Hyung?” Jonghyun segera menimpali seperti tahu apa yang dipikirkan Key. Key hanya mengangguk sekali dan tersenyum.
“Dua blok dari rumahku? Berarti...” Jonghyun urung melanjutkan kalimatnya. Ia melirik sedikit lewat kaca untuk melihat ekspresi Young Ae, tapi Young Ae kini tengah terlelap. Ada sedikit perasaan lega dalam diri Jonghyun mengetahui Young Ae sedang terlelap. ‘Dengan begitu, dia belum tahu dimana rumah Key.’

^hari seninnya^

Tok...Tok...Tok....

Tepat pukul tujuh pagi, pintu rumah Young Ae diketuk oleh seseorang.
“Ya, sebentar.” Jonghyun yang baru saja selesai membuat sarapan untuknya dan Young Ae segera membukakan pintu. “Oh, Key. Masuklah, kami baru saja sarapan.”
“Mian. Aku datang terlalu pagi ya?”
“Anio, biasanya Taemin juga datang jam segini.” Jonghyun sedikit berbisik kepada Key, takut kalau Young Ae mendengarnya.
“Oh, aku mengerti.”
“Ayo, masuklah. Kau mau ikut sarapan?” Jonghyun, sejak di taman hiburan selalu bersikap ramah dengan Key.
“Anio, gamsahamnida. Aku sudah sarapan. Aku tunggu di sini saja.” Key memilih menunggu di ruang tamu daripada ikut sarapan.
“Baiklah, akan kupanggilkan Young Ae. Sebentar, ya?”

Key memperhatikan setiap sudut ruang tamu rumah Young Ae dengan seksama. Ia lihat satu persatu setiap foto yang berada disebuah lemari kaca berukuran sedang. Kebanyakan dari foto itu adalah foto Young Ae dengan Taemin, sisanya foto bersama antara mereka berdua, Jonghyu, Minho dan Min Hwa. Key terus memandangi foto-foto Young Ae yang sedang berdua dengan Taemin. Tiba-tiba ia merasakan perasaan sedih.

“Key-oppa?” tiba-tiba Young Ae muncul disebelah Key. Key buru-buru menghilangkan perasaan sedih yang tadi ia rasakan.
“Oh, Young Ae. Kau sudah siap?” tanya Key agar Young Ae tidak curiga melihatnya yang glagapan. *bahasa mana tuh?
“Ne, berangkat sekarang?”
“Terserah padamu saja.”
Mereka akhirnya berangkat kesekolah
Dalam perjalanan mereka, Key terlihat lebih murung daripada biasanya, hingga membuat Young Ae bingung atas perubahan sikap Key.
“Saat melihat foto-fotoku tadi, matamu seperti sembab, wae?”
“Oh tidak, mataku sedikit iritasi.”
Sejenak Key dan Young Ae terdiam
“Mianhe, boleh aku tanya sesuatu padamu?”
                “Apa itu?”
                “Aku ingin tau bagaimana Taemin itu. Mungkin hobinya? Kesukaannya? Dan semua tentangnya? Kau pasti tau kan?”
                “Ehm, hobi Taemin oppa adalah dance dan bermain basket. Dan apakah kau tau, dia paling tidak suka saat diajak Minho-oppa untuk bermain winning eleven, karena dia selalu kalah. Putih adalah warna favoritnya. Dan apakah kau tahu, Taemin-oppa mempunyai satu motor sport yang ia beli sendiri. tapi ia jarang menggunakanya. Kau tahu mengapa? Karena motor itu terlalu besar untuknya, dan sesekali ia pernah terjatuh dari motornya” jawab Young Ae mengenang Taemin sambil tertawa kecil.
                “Memangnya ada apa?” tanya Young Ae.
“Aku hanya ingin mengenalnya saja, apa itu membuatmu sedih?” Key bertanya dengan was-was, takut membuat Young Ae sedih lagi.
“Anio, aku tidak sedih lagi kok. Tenang saja.”

-disekolah-

“Young Ae, ayo kita ke perpustakaan?” ajak Min Hwa saat jam istirahat tiba.
“Mian, aku mau mengambil bukuku dulu di lab ipa.”
“Oh, baiklah. Aku duluan kalau begitu.” Min Hwa terpaksa ke perpustakaan sendirian untuk mencari novel.
“Min Hwa?” tanya seorang namja saat Min Hwa tengah serius memilih-milih novel.
“Eh, Key-oppa?”
“Mana Young Ae?” tanya Key saat menyadari Young Ae tidak berada bersama Min Hwa.
“Dia pergi ke lab ipa mengambil bukunya yang ketinggalan disana.”
“Oh. Emmm... Boleh aku bertanya sesuatu?”
“Boleh saja.”
“Bagaimana keadaan Young Ae sesaat setelah aku pergi dari kehidupannya?”
“Apa maksud Key-oppa?” Min Hwa heran mendengar pertanyaan Key yang aneh apalagi melihat reaksinya yang sedikit sedih. “Kau kan baru bertemu dengannya kemarin?”
“Mianhae, maksudmu apa?” sekarang Key sama bingungnya dengan Min Hwa.
“Tadi oppa bilang ‘Bagaimana keadaan Young Ae sesaat setelah AKU pergi dari kehidupannya?’” Min Hwa menekankan nada bicaranya pada kata ‘AKU’.
“Benarkah aku berkata begitu? Mian, maksudku Taemin.”
“Hmm.. Young Ae menangis seharian mulai dari pagi saat acara pemakaman berlangsung sampai semua tamu sudah pulang hingga tersisa aku, Jonghyun-oppa dan Young Ae. Sampai dirumah dia masih menangis hingga besoknya dia masih murung. Dan akhirnya kau datang membuatnya lebih ceria. Jonghyun-oppa sangat bersyukur melihat Young Ae sudah mulai ceria lagi.”
“Dia menangis sampai sebegitunya saat aku...maksudku Taemin, pergi?”
“Iya, Key-oppa aneh sekali. Kau bicara seolah-olah kau adalah Taemin-oppa.” Min Hwa mulai berfikir aneh-aeh tentang Key karena dari tadi selalu salah menyebutkan yang maksudnya ‘Taemin’ dengan ‘Aku’.
“Tapi mana mungkin ada orang yang sudah meninggal, bisa hidup lagi. Apalagi berganti rupa. Benarkan?” Min Hwa sedikit melucu kepada Key walau ternyata Key malah memasang wajah datar.
“Bisa saja itu terjadi, seperti aku ini.” kata Key dengan wajah serius.
“Mwoya? Apa maksudmu, oppa?” Min Hwa semakin heran dengan Key.
“Aku...” Key diam sebentar, ia ragu untuk melanjutkan kalimatnya.

^to be continue^

0 comments:

Post a Comment