Friend Forever



Cast : Kim Jonghyun, Kim Kibum, Lee Jeong Hye
Other Cast : Yoonee, Choi Minho

"Kau tahu, ini sudah kelewatan Key!" bentakku.
"Tapikan? Aku hanya ingin membantumu." jawabnya polos.
"Sudahlah, lupakan saja!" aku langsung meninggalkannya.

Sejak aku keluar rumah sakit beberapa, Key rajin sekali membawakan aku bekal. Awalnya tidak masalah. Tapi lama-kelamaan dia jadi cerewet, seperti Ummaku saja. Hanya karena aku masih dalam masa penyembuhan, dia melarangku main basketlah, melarangku main sepak bolalah, menyuruhku makan sayur yang ia bawa setiap hari. Awalnya memang biasa, tapi lama-kelamaan menyebalkan. Besoknya, aku tidak berangkat bersama Key seperti biasa. Aku langsung berangkat sekolah tanpa menjemputnya. Bahkan aku memilih jalan memutar, jadi aku tidak harus melewati rumahnya. Saat disekolah pun aku masih tidak bertegur sapa dengannya. Bel istirahat berbunyi, aku langsung ngobrol bersama teman-temanku.

"Jonghyun-ah, pasti senang punya sahabat seperti Key." kata Yoonee.
"Ne, begitulah." kataku pelan.
"Benar, bahkan Key mengerti sekali bagaimana Jonghyun. Aku jadi ingin punya sahabat seperti Key." sahut Minho.
"Memang enak jadi bayi besar dengan umma super seperti Key." kata seorang namja lantas tertawa. Aku langsung terkejut mendengarnya.
"Sini, Jonghyun-ssi aku pakaikan kau popok. Umma Key, aku minta segelas susu." tambahnya.
"Hey, apa maksudmu barusan?" tanyaku dengan nada tak bersahabat.
"Mwo? Bayi besar ini marah, panggilkan Umma Key-nya." Itu sungguh membakar emosiku. Tak tanggung-tanggung sebuah pukulan kuhadiahkan gratis untuknya.
"Kekeke... Dasar bayi lemah. Pukulanmu tidak berarti." Jeong Hye balas memukulku hingga aku tersungkur. Aku merasakan mulutku berdarah. Jeong Hye terus mengejekku sambil menendangku yang sudah tersungkur dilantai.
"Kau tahu, dengan keadaan lemahmu ini kau mudah sekali untuk dikalahkan." baru saja ia menyelesaikan kalimatnya, ia langsung tersungkur disebelahku. Aku tengadah untuk melihat apa yang terjadi.
"Jonghyun-ah, kau tidak apa-apa?" tanya Key dengan nada penuh amarah. Aku hanya mengangguk sekali dan ia membantuku berdiri.
"Lucu sekali melihat kalian berdua." kata Jeong Hye setelah sadar. Jeong Hye bangun dan langsung memukul Key yang berada didepanku. Key tersungkur tapi jeing Hye masih memukulinya. Setelah Key tidak berkutik, ia langsung melihat kearahku.
"Bayi besar dengan Ummanya. Lucu sekali." setelah mengatakannya hal itu ia langsung berbalik lagi hendak memukul Key lagi. Saat ia berbalik, aku tidak menyia-nyiakan kesempatanku untuk memukulnya lagi. Aku mengambil penggaris kayu yang ada didekatkanku dan kuarahkan persis ke bahu kanan Jeong Hye. Aku berhasil. Setelah kupukul dengan kerasnya, jeong Hye pingsan. Aku langsung membopong Key yan sudah pingsan terlebih dahulu. Meskipun aku sendiri lelah, aku tidak mungkin meninggalkannya dengan keadaan seperti itu. Kami berdua sama-sama babak belur.

Aku bangun dengan rasa sakit dikekitar badanku. Aku melihat sekelilingku, tapi ini tidak seperti kamarku.

"Jonghyun, kau sudah siuman?" tanya seseorang di dekatku. Aku hanya diam. Ah, akhirnya aku tahu aku dimana. Aku dirumah sakit, lagi.
"Sudah berapa lama aku pingsan?" tanyaku.
"Kira-kira dua hari. Lukamu lebih parah dari punyaku." Mendengar kalimatnya aku jadi tahu siapa dia.
"Key?" tanya memastikan.
"Ne, kau kira siapa lagi?"
"Mianheyo, Key. Aku rasa aku bersalah kepadamu."
"Ne, gwenchana. Aku sudah memaafkannya sebelum kau memintanya."
"Key, kau baik sekali padaku." aku langsung memuluknya sampai infusku terlepas.
"Ne, aku kan memang baik." katanya lantas balas memulukku dan kami pun tertawa.

Beberapa hari kemudian, kami sama-sama keluar dari rumah sakit. Entah kenapa, tapi aku penasaran dengan keadaan Jeong Hye. Aku baru tahu kalau sebenarnya dia juga dirawat dirumah sakit yang sama denganku dan Key hanya saja beda ruangan. Sejak saat itu, aku menerima sahabatku ini apa adanya. Dia memang cerewet seperti Umma, itu karena dia peduli. Kami berjanji pada satu sama lain bahwa kami adalah sahabat selamanya.

0 comments:

Post a Comment