[Fanfiction] Twins [2]



 ---

“Kau harus mengatakan kepadanya yang sebenarnya, Young Ae. Kau harus mengatakan pada Eunhyuk kalau kau hanya melihatnya sebagai Seungri, bukan benar-benar sebagai Eunhyuk,” kata Key karena sudah geram melihatku yang menganggap Eunhyuk adalah Seungri.
“Tapi aku tidak bisa, Key. Aku tidak bisa meninggalkannya begitu saja. Dia membuatku merasa Seungri ada disini. A-aku benar-benar tidak bisa membuangnya begitu saja,” aku terus membantah perkataan Key.
“Ini demi kebaikanmu dan dia juga. Bagaimana kalau dia sampai tahu kalau kau hanya tertarik pada bayangan Seungri yang ada padanya, bukan benar-benar tertarik padanya? Apa kau tidak mengerti rasa sakit hati? Young Ae, kau harus bisa menerimanya. Seungri ya Seungri, dia sekarang di Paris sana. Dan Eunhyuk tetap saja seorang Eunhyuk, bukan Seungri. Kau harus memberitahukan yang sebenarnya pada Eunhyuk, atau aku sendiri yang mengatakannya.”
“Jangan! Kumohon jangan,” air mataku mulai mengalir dengan derasnya. Tidak salah kalau Key memarahiku sampai seperti ini. Apa yang dikatakan Key, semuanya benar. Kukira, ini semua hanya masalah kecil. Kukira menganggap Eunhyuk sebagai Seungri itu mudah dan membuatku nyaman. Nyatanya, pemikiranku ditolak mentah-mentah oleh Key. Key, sahabatku itu yang berhasil menyadarkanku. Seungri tidak disini lagi dan dia bukan Eunhyuk. Sebuah kesalahan besar jika aku terus menganggap Eunhyuk adalah Seungri.
“Kumohon, Young Ae. Ceritakan semua padanya, katakan yang sebenarnya. Sakit hati itu menyakitkan, Young Ae,” kata Key lagi memlukku erat, berusaha menenangkanku.

---                                                                                                                           

Aku menunggunya lama sekali di kafe es krim yang sudah menjadi langganan kami. Pesan darinya berkali-kali mengatakan ia sedang dalam perjalanan dan memintaku menunggu.
“Mianhae Young Ae, tadi itu ramai sekali,” kata Eunhyuk dengan nafas yang tak beraturan.
“Ne, gwenchanayo. Aku juga minta maaf telah memaksamu datang di hari sibuk begini.” Aku tahu, sebenarnya hari ini bukan hari libur bai Eunhyuk. Tapi aku terkejut juga ia mau meluangkan waktunya untukku. Rasanya, dia memang benar-benar seperti apa yang aku pikirkan. Melihatnya yang masih kelelahan karena berlari dari halte bis menuju kafe, membuatku ingin menangis. Mengingat semua yang sudah ia usahakan dan berikan padaku, membuatku merasa seperti orang jahat.
“Lalu, ada perlu apa? Mau ku belikan es krim?” Eunhyuk hendak memesan es krim, tapi aku sudah menahannya lebih dulu.
“Tidak, tidak perlu. Aku hanya ingin memberitahukan sesuatu padamu,” aku berusaha agar tetap terlihat seceria mungkin, tapi air mata ini tidak bisa diajak berkompromi.
“Baiklah, kau mau cerita apa?” Eunhyuk kembali duduk.
“Kau, aku tidak tahu harus memulainya dari mana. Hanya saja kau, kau menurutku mirip sekali dengan seseorang yang pernah kukenal. Tingkah lakumu, suaramu, caramu berjalan, semuanya, mirip sekali dengan seseorang yang pernah kukenal. Dan dialah yang selalu kutangisi saat bersamamu waktu itu. Dia, dia itu sudah pergi tapi bayangannya masih disini, mengahntuiku. Membuatku terus memikirkannya,” aku diam sejenak, melihat ekspresi Eunhyuk yang memperhatikan dan mendengarkanku dengan seksama.
“Dan bayangannya-lah yang kau lihat padaku. Membuatmu selalu mengira aku adalah dia, membuatmu selalu berpikir aku adalah dia,” kalimat Eunhyuk itu seperti menusuk ulu hatiku hingga rasanya sakit sekali. Air mataku makin deras, bahkan ia sendiri terkejut dengan kalimat yang baru saja keluar dari mulutnya.
“Aku benar-benar minta maaf, tapi memang seperti itulah yang kurasakan. Kau boleh mencelaku, marah padaku, tapi kumohon maafkan aku. Aku benar-benar menyesal menganggapmu sebagai Seungri, dan karena hal itulah aku senang berada disebelahmu. Bersamamu, membuatku merasa bersama Seungri. Aku benar-benar menyesal,” aku benar-benar pasrah bila Eunhyuk mencaciku asalkan ia mau menerima dan memaafkanku.
“Kau tahu, itu menyakitkan, Young Ae,” kata Eunhyuk, dan entahlah tapi nadanya masih terdengar santai. “Aku bahkan menyayangimu seperti kau adalah milikku satu-satunya, tapi kau malah menganggapku orang lain. Dan dialah alasanmu dekat denganku. Itu benar-benar menyakitkan,” aku selalu tahu dariawal Eunhyuk memiliki perasaan sayang yang begitu besar kepadaku. Dan itulah yang membuatku benar-benar merasa bersalah.
“Aku tahu itu menyakitkan, aku benar-benar minta maaf.” Pelan-pelan aku berusaha menggenggam tangannya yang berada di meja. Sepertinya ia benar-benar muak dan segera menurunkan tangannya dan beranjak dari tempatnya duduk. Aku hanya bisa diam dan menangis.
“Berdirilah,” kata Eunhyuk sambil menggenggam tanganku. “Aku sangat bersyukur pada orang itu, pada Seungri. Karena meskipun aku mengetahui kenyataan bahwa seseorang yang kucintai menganggapku orang lain yang dicintainya, tapi ia telah membawamu padaku. Aku hanya ingin kau menghapus bayangannya dan ingatlah wajah ini, wajahku. Wajah orang yang sekarang mencintaimu, yang sekarang dan selamanya akan selalu mendampingimu, yang akan selalu mengahpus air mata dari wajahmu, aku hanya minta itu,” Eunhyuk memelukku erat. Ini semakin membuatku menjadi orang yang paling berdosa. Eunhyuk dengan mudahnya memaafkanku. Padahal, selama ini aku tidak pernah menganggapnya ada. Selama ini, aku selalu menganggapnya sebagai Seungri.

Semakin lama kulihat wajahnya, kulihat perhatikan tingkah polahnya, sangat jauh berbeda dengan dia yang di Paris sana. Wajahnya yang kini terpahat begitu dalam dihatiku, mengeluarkan auranya dan tidak lagi terhalangi bayangan wajah Seungri. Saat tiu, untuk terakhir kalinya aku menganggapnya sebagai Seungri. Memoriku dengannya sedikit demi sedikit tergantikan dengan kenangan manis bersama Eunhyuk, yang akan bersamaku sekarang dan yang akan datang.

0 comments:

Post a Comment