[Fanfiction] Still Love You

Cast : Shin Hwa, Kim Kibum, Jonghyun

- Shin Hwa P.O.V -

Hari ini, hari yang paling indah dari tiga ratus enam puluh lima hari yang lainnya. Dengannya, hari-hari ku menjadi sangat sempurna.

“Shin Hwa, kau mau naik yang amana lagi?” tanya Key, namjachinguku.

“Terserah padamu saja oppa.” Jawabku.

“Semua tadi aku yang pilihkan, sekarang giliranmu yang memutuskan.”

“Baiklah, aku mau naik itu.” Kataku sambil menunjuk kearah roller coaster dengan lintasan yang berkelok-kelok dang sangat tinggi. Aku tahu, wajah Key langsung pucat dan badannya langsung lemas. Key sangat takut ketinggian, kekeke~

Selama naik roller coaster, Key memegang tanganku erat sekali dan selalu menutup matanya. Aish, dia benar-benar ketakutan. Setelah naik roller coaster, Key mengajak makan siang. Aigo, dia membawa bekal sendiri untuk makan siang kami.

“Kau harus banyak makan sayur dan buah. Tapi aku tahu kau tidak suka, maka aku buatkan ini.” Kata Key sambil mengeluarkan tempat makan pink itu. Aku membukanya pelan-pelan, penasaran dan emm.., sedikit takut sih dengan apa yang ada didalamnya.

“Aigo oppa, gomawo.” Karena tahu aku sangat tidak suka sayur dan buah, Key sampai amu repot-repot membawakanku salad buah. Aigo~

Setelah makan bekal yang dibawakan Key, eh.. tunggu dulu. Semua bekal ini Key yang masak loh~

Setelah makan bekal yang dibawakan Key, dia mengajakku jalan-jalan di sebuah taman bunga masih ditempat yang sama.

“Oppa, maafkan aku.” Kataku tertenduk lemas.

“Apa yang harus dimaafkan? Justru aku yang minta maaf, atas semuanya. Aku tidak mengerti keinginan dan keadaanmu.”

“Gwenchana oppa. Kalau kau mau, kita bisa putus sekarang.”

“Mwo? Apa maksudmu? Aku tidak mau meninggalkanmu, bahkan sampai waktunya nanti tiba.”

----

“Shin Hwa! Kau ini bagaimana? Telponku tidak pernah diangkat, sms ku tidak ada satu pun yang dibalas. Bilang kalau kau memang mau putus, aku bisa memtuskanmu sekarang!”

“Oppa, mianhae.” Aku mulai terisak.

“Shin Hwa, hampir dua minggu kau tidak memberiku kabar. Aku bisa gila kalau gini terus. Bilang kalau kau memang tidak mau bertemu lagi denganku.” Aku terus menangis dan Key terus memarahiku. Aku menerima semua amarahnya. Sampai kepalaku terasa sangat pusing dan tubuhku lemas.

“Shin Hwa? Shin Hwa?” aku mendengar namanya memanggil- manggil namaku, tapi aku tidak bisa menjawabnya.

Aku membuka perlahan mataku, rasanya sudah lama sekali aku tertidur. Aku mengedarkan pandangan ke sekelilingku. Aku rasa aku ada dirumah sakit. Tangan kananku terasa hangat. Aigo, Key tertidur disebelahku sambil menggenggam erat tanganku. Memikirkannya membuatku ingin menangis.

“Shin Hwa?” Key terbangun saat tang kiriku menyentuh rambutnya.

“Oppa, mianhae.” Kataku sambil menangis.

“Gwenchana Shin Hwa. Aku yang harusnya minta maaf. Kenapa kau tidak pernah mengatakannya padaku? Sudah berapa lama?” Key memang tidak menangis sepertiku, tapi aku melihat matanya memerah.

“Sudah dua minggu yang lalu. Aku tidak memberimu kabar, agar kau bisa melupakanku, agar aku bisa melupakanmu juga.” Airmataku mengalir semakin deras.

“Masih ada sedikit sisa waktu. Aku akan melakukan apapun, untuk membayar semua rasa bersalahku, untukmu.”

----

- Kibum P.O.V –

“Mwo? Apa maksudmu? Aku tidak mau meninggalkanmu, bahkan sampai waktunya nanti tiba.” Aish, apa yang ia katakan.

“Aku tahu oppa, gomawo.” Aku menggenggam kedua tangannya, berharap tidak pernah melepasnya dan ia menyadarkan ke kepalaku. Aku dan Shin Hwa sama-sama terdiam, menikmati pemandangan dan angin yang berhembus.

“Jagi ya?” panggilku tapi tidak ada respon dari Shin Hwa.

“Shin Hwa?” panggilku lagi tapi tetap tidak ada respon dari Shin Hwa. Aku mulai panik. Aku menggerak-gerakkan tubuh Shin Hwa pelan. Badannya lemas dan dingin sekali.

“SHIN HWA?!!!”

---

Aku sudah tahu ini akan terjadi tapi aku masih tidak percaya bahwa ini semua kenyataan. Semua orang yang tadi datang kepemakaman telah pulang satu persatu. Hanya aku, seorang saja yang masih setia disampingnya.

“Jagi ya,” ujarku pelan sambil terisak. Aku kembali diam, tidak tahu bagaimana melanjutkan kalimatku sendiri.

“Key, emm.. Shin Hwa menitipkanku ini. Ini untukmu.” Kata Jonghyun sambil menyerahkan kotak yang berisi sebuah kalung berbentuk kunci dan sapu tangan berwarna pink. Kedua benda itu, penuh arti. Kalung itu, yang kuberikan padanya agar ia selalu teringat padaku. Sapu tangan itu, hadiah darinya. Tapi kemarin ia aku menggunakannya untuk menyeka keringatnya dan terbawa olehnya.

“Jagi ya, kenakan ini. Agar kau selalu teringat padaku,” aku meletakkan kalung berbentuk kunci itu di dekat nisannya. “Sekali milikmu, selamanya milikmu. Until your time past, I still love you, ever.”

0 comments:

Post a Comment